header umma faha

Pengalaman Pertamaku (Bagian Tiga)

Posting Komentar

pengalaman pertamaku cerita bersambung

Medan di lokasi ini cukup tidak bersahabat denganku. Hal ini yang membuat bapak berpikir dalam waktu yang lama atas keinginanku. Aku hanya ingin merasakan sebuah pengalaman baru dengan teman-teman baikku. 

"Apa kabar semua?" Tanya Danu ada puluhan anak yang duduk rapi di depannya. 

"Alhamdulillah, luar biasa, Allahu akbar." Beberapa anak mengalihkan pandangan ketika aku berjalan memasuki area tersebut.

“Gimana hari ini sudah siap belajar?”  Tanya Rangga lebih semangat.

“Siap kak.” Seru anak-anak lebih lantang.

"Oh iya, hari ini kita kedatangan seseorang yang spesial. Kenalkan ini kak Asa, hari ini kaka Asa akan belajar bersama kita. Yuk sapa dulu kakaknya." Seru Rahma memperkenalkanku pada anak-anak tersebut. 

"Apa kabar kakak Asa?" Suara mereka kompak dan lantang menyapaku. 

"Alhamdulillah baik,” aku terdiam sembari melihat binar mereka satu-satu. “Mari belajar bersama ya." Sambungku bergetar. 

“Oke, seperti biasa, yuk berdiri dan pilih teman belajarmu ya. Jadi dua kelompok. Siap?” Tanya Rangga disambut jawaban mereka

“Siap kak.”

“Kaka hitung sampai sepuluh.” Ucap Danu selanjutnya lalu memulai hitungan “Satu, dua, tiga...”

Aku melihat anak-anak berhamburan. Mereka bergerak bersama di depanku. Bahkan ada yang malah berputar-putar.

“Sembilan, se.. pu..luh” Rangga melakukan sepuluh hitungan.

Anak-anak aku rasa sudah terbiasa melakukan ini sebelumnya. Namun proses ini tetap lucu bagi Rahma yang sempat tertawa kecil di sebelahku. Aku pun juga sempat kaget melihat tingkah mereka.

Mereka terbagi menjadi dua kelompok setelah hitungannya selesai. Rangga kemudian mengajakku bergerak ke kelompok pertama. Sedangkan Danu dan Rahma berjalan menuju kelompok dua.

Kami sudah sempat membahas tema maupun mekanisme kegiatan sepulang sekolah kemarin. Bahkan kami juga mengadakan stimulasi agar prosesnya tidak menemui kendalan. Aku pun mengulang secara mandiri semalam sebelum tidur.

Rangga paham betul bagaimana watak dan tipikalku. Dia lalu memintaku memintaku yang menjelaskan. Namun aku menolaknya kali ini. Entah aku masih merasa canggung. Akhirnya Rangga yang memulai penjelasannya.

Waktu membuatku mulai terbiasa dengan apa yang aku lalui hari ini. Aku mulai menjawab pertanyaan anak-anak ketika Rangga mulai kuwalahan. Aku sempat tertegun ketika mereka langsung terdiam dan menyimak penjelasanku dengan khimat.

Setelah kami memberikan penjelasan, anak-anak segera meraih alat dan bahan yang kami sediakan. Anak yang muncul dijendela tadi berada dikelompok satu. Tiba-tiba dia mendekati dan mengajukan pertanyaan.

“Kak Asa, makasi udah datang, jadi rame.” Ucapnya polos

“Benarkah?” Tanyaku mengkonfirmasi.

“Iya, biasanya kami sama kak Rangga aja, bosen.” Jawabnya.

“Alhamdulillah kalau begitu ya.” Sembari tersenyum kecil.

“Bulan depan datang lagi kan ya?” Tanya kembali sembari bekerja bersama dengan yang lain.

Aku terdiam membisu mendengar pertanyaannya. Aku tak bisa menjawab pertanyaannya. Aku belum pernah tanya pada Bapak mengenai hal tersebut. Ijinnya hari saja sudah sungguh sangat luar biasa bagiku.

“Sa lihat sini dong.” Perintah Rahma sambil membawa ponsel genggamnya.

Aku lantas tersenyum manis menatap kamera gawai Rahma. Tiba-tiba Rangga dan Danu datang ke arahku. Mereka berpose di samping kanan dan kiriku. Tak lama Rahma memanggil seorang anak untuk membantunya menangkap gambar kami berempat.

“Sa, senyumnya manis banget. Aduh Danu nih ngapain posenya gitu amat sih.” Ucap Rahma sembari melihat hasil foto kami.

“Udah aku kirim ke nomermu, cepat kirim ke Bapakmu biar gak khawatir.” Perintahnya lagi.

Danu dan Rangga menghambur menuju anak-anak kembali ketika aku meraih telepon genggamu di dalam tas. Aku kemudian membuka riwayat percakapan dengan Bapak. Lalu mengirimkan foto yang baru saja Rahma kirim.

Aku kembali memasukkan telepon genggam dalam tas lalu kembali membantu anak-anak. Aku begitu senang sekaligus terharu. Setelah sekian purnama akhirnya aku memiliki pengalaman pertamaku. Pengalaman belajar bersama dengan anak-anak di tempat ini.

Bersambung


Related Posts

Posting Komentar