Entah mengapa selalu muncul keraguan dalam jiwa. Mampukan raga ini bertahan untuk menghadapi babak baru yang akan datang. Cerita baru yang pastinya tidak akan pernah terduga.
Kemarin asam lambung ku melambung tinggi hingga terkapar. Efek dari kekhawatiran yang datang setiap malam. Aku tak bisa bangun dari ranjangku selama beberapa hari.
Lidahku pahit tak nafsu makan, bahkan minum. Butiran obat terpaksa masuk beberapa kali dalam sehari. Ritme beberapa tahun yang lalu kembali lagi.
Dokter bilang aku salah makan hingga bakteri masuk menyerang imunitasku. Padahal aku sadar betul nafsu makanku mulai menurun setiap hari. Pola tidurku juga banyak terganggu.
Aku tak mau jatuh ke lubang yang sama. Aku harus bangkit demi diriku sendiri. Hanya kakiku lah yang bisa membawaku berjalan. Melangkah melalui hal lain di depan sana.
Dahulu ketika aku terjatuh, terasa begitu berat hingga tak pernah berpikir bisa melewatinya. Nyatanya semua itu sudah terlewati jauh di belakang. Pastinya aku juga bisa melewati semua ini nanti.
Apalagi bekalku kali ini lebih banyak. Aku yakin kali ini aku lebih siap. Meski nantinya akan jatuh lagi aku sekarang tahu caranya berdiri.
Saat ini aku tahu kapan berjalan, berlari maupun jalan di tempat. Tak seperti kemarin saat terjatuh. Hanya bisa meratapi hingga kantong air mata kering.
Kali ini meskipun harus menangis aku tahu di mana tisu berada. Jika habis aku bisa gunakan handuk. Atau mungkin selimut yang malah jauh lebih lebar.
Kali ini aku tahu tempat yang pas untuk mengeluh. Sekaligus tempat bersandar dan bersujud. Ya benar tempat itu bernama sajadah.
Aku punya banyak sajadah saat ini. Aku bisa menggantinya jika sudah basah. Apalagi musim panas sudah datang. Tidak perlu khawatir tidak kering sempurna.
Sayangnya mukenaku yang nyaman hanya dua. Dua lainnya berat dan juga terlalu tebal. Tidak nyaman dipakai sama sekali.
Sepertinya air mataku tidak boleh sampai jatuh di atas mukena. Bukan perkara proses mencuci atau menjemur. Aku tidak menyukai aktivitas setrika. Ada yang sama?
Jika dulu aku selalu ingin pulang saat terjatuh. Saat ini aku lebih ingin untuk pergi. Pergi menghabiskan waktu dengan diriku sendiri.
Menikmati hijau daun yang tertiup angin. Mencium wangi angin yang melewatiku. Atau sekedar menginjak rumput yang selalu aku rindukan.
Alam selalu membuatku nyaman entah mengapa. Apalagi jika dinikmati bersama segelas air dingin. Hmmm serta sebungkus cilok pedas.
Hal yang telah lama aku lewatkan. Yap beberapa tahun ini aku hanya fokus pada mereka. Aku melupakan diriku sendiri.
Makanya saat aku jatuh aku lupa berdiri. Mungkin karena tak tahu letak kaki. Atau mungkin aku lupa meletakkan kaki.
Saat ini kakiku terpasang dengan benar. Saat jatuh aku hanya perlu mengangkat badanku dengan tangan. Lalu kakiku bisa menapak kembali.
Kali ini kaki pun tak perlu berlari ketika melihat yang lain berlari. Aku sudah paham kapan kaki ini lelah. Aku hanya butuh tetap berjalan meski langkahnya tak bertambah.
Bukankah latihan baris-berbaris dimulai dengan jalan di tempat. Barulah mulai aba-aba jalan ketika satu tim sudah serempak. Sama halnya kakiku, bagian kanan dan kiri sekarang tahu waktunya yang tepat.
Aku jadi ingat, dahulu kaki kanan dan kiriku ingin berjalan bersama. Alhasil yang terjadi adalah melompat. Lalu tak lama setelah beberapa waktu akhirnya terjatuh.
Tak mau semua itu terjadi lagi, aku sudah menjadwalkan kapan mereka berjalan. Bergantian dan beriringan. Pelan dulu aja. Siapa tahu besok bisa jadi pasukan upacara Agustusan.
Sudut kamar, 11 Juni 2023 20:42
Terima kasih tulisannya, Kak. Aku menikmatinya. Semoga anugerah sepasang kaki menjadi wasilah kebaikan.
BalasHapusJatuh bangun dalam sebuah proses adalah hal yang biasa. Yang penting, ketika jatuh, kita mau kembali bangkit, perlahan saja, karena setiap orang punya kadar kemampuan yang berbeda.
BalasHapusMaaf kalau saya salah memahami tulisannya
Babak baru dapat diartikan sebagai tantangan yang akan datang, sebaiknya dipersiapkan dengan cara latihan agar dapat hasil yang maksimal.
BalasHapusSetiap kaki yang melangkah, kemudian terjatuh akan memberi pelajaran dan pengalaman bagi seseorang. Semoga kita tetap berani tetap bangkit, walau ada beragam cara yang sesekali mengoyahkan sepasang kaki kita.
BalasHapusLucu pas bagian mau ganti tisu sm handuk atau selimut wkwk. Jd lucu pas udh baper
BalasHapus